
Foto : Dokumentasi Humas Pemkot Tangerang. Pembinaan kewaspadaan pangan dan gizi dalam upaya pencegahan stunting di wilayah Kota Tangerang
Tangerang, tvrijakartanews - Pemerintah Kota Tangerang tengah melakukan intervensi pencegahan stunting selama bulan Juni 2024. Meskipun demikian, penanganan pencegahan stunting pada anak telah dilakukan sejak asal tahun dengan melakukan pembinaan kewaspadaan pangan dan gizi, serta mendistribusikan pangan segar Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA).
Kepala DKP Kota Tangerang Muhdorun mengungkapkan, di tahun 2024 ini khususnya pada program intervensi serentak pencegahan stunting, DKP Kota Tangerang tengah mendistribusikan pangan B2SA ke 270 anak terindikasi stunting, di 13 kecamatan di Kota Tangerang.
“Bukan satu kali penyaluran, namun setiap anak akan terpenuhi pangan B2SA nya selama lima bulan penuh. Yakni, hingga dipastikan tumbuh kembang anak ini sudah lebih sehat atau keluar dari status stunting,” jelas Muhdorun, Rabu (19/6/2024).
Ia pun menjelaskan, pangan B2SA yang disalurkan ialah karbohidrat melalui beras, protein hewani dengan daging sapi dan telur, nabati lewat kacang hijau, aspuan mineralnya dengan wortel dan buah jeruk, serta kebutuhan lemak dengan asupan keju.
“Semuanya, kita suplai selama lima bulan penuh. Yakni, untuk mendukung tercapainya pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan yang diimplementasikan melalui penerapan konsumsi pangan B2SA. Guna mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas serta pencegahan dan penu8ntasan kasus stunting,” kata Muhdorun.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Harian (Plh) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang Mugiya Wardhany mengatakan bahwa pihaknya juga turut menggalakan program ABCDE untuk mencegah stunting. Selain itu, skrining masif terhadap stunting dan TBC pada balita juga gencar dilakukan selama bulan Juni ini.
Program ABCDE ialah A yakni aktif minum Tablet Tambah Darah (TTD). Konsumsi TTD bagi remaja putri satu tablet seminggu sekali. Konsumsi TTD bagi ibu hamil satu tablet setiap hari minimal 90 tablet selama kehamilan.
B yakni bumil atau ibu hami teratur periksa kehamilan minimal enam kali, dua kali oleh dokter menggunakan USG. C yakni cukupi konsumsi protein hewani. Konsumsi protein hewani setiap hari bagi bayi usia di atas enam bulan.
“D yakni datang ke posyandu setiap bulan. Datang dan lakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, serta imunisasi balita ke posyandu setiap bulan. E yakni eksklusif ASI enam bulan dan dilanjutkan hingga usia dua tahun,” jelas Mugiya.
Ia mengingatkan, apabila sejak remaja seseorang sudah mengalami kekurangan darah merah atau anemia, maka saat masa kehamilan dan melahirkan juga akan kesulitan dan anaknya berisiko menderita stunting.
"Makan-makanan cepat saji, tidak suka makan-makanan hijau, itu juga berpengaruh, para remaja ini kebanyakan mengeluh tidak mau meminum tablet tambah darah karena mual saat mengkonsumsi," tuturnya.
Sebagai informasi, tren prevalensi stunting pada balita di Kota Tangerang mengalami penurunan dari tahun 2018 diangka 19,1 persen menjadi 11,8 persen di tahun 2022. Kenaikan terjadi pada tahun 2023 dengan angka 17,6 persen, meskipun masih di bawah angka Provinsi Banten yaitu 24 persen dan nasional di 21,5 persen.