Waspada Polusi Udara Meningkat Saat Kemarau, Ini Tips Hindari Dampaknya
FeatureNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Foto : Dokumentasi Isty/TVRI. Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan Eka Hospital BSD, Astri Indah Prameswari

Tangerang, tvrijakartanews - Kualitas udara di wilayah Tangerang diketahui memburuk sejak beberapa hari terakhir. Bahkan indeks kualitas udara menunjukan angka 195 AQI, dan konsentrasi polutan mencapai PM2,5. Hal ini juga disebabkan datangnya musim kemarau yang biasanya sudah dimulai sejak bulan Juni. Tingginya polusi juga membuat ragam penyakit yang menyerang paru-paru mulai muncul.

Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan Eka Hospital BSD, Astri Indah Prameswari menuturkan, bahwa penyakit lebih yang menyerang paru lebih sering muncul karena saat musim kemarau udara menjadi kering. Sehingga, baik itu kuman, bakteri ataupun virus bisa terbang terbawa debu.

"Polusi itu banyak pengaruh atau pencetusnya. Bisa disumbang dari pabrik atau manufaktur, asap kendaraan, kebakaran hutan. Kemudian diperparah oleh musim, terutama kemarau, karena dia kering dan panas, sehingga kelembapan udara mempengaruhi polusi," ungkap Astri.

Tak hanya menyerang saluran pernapasan, polusi juga bisa berdampak pada bagian tubuh lainnya seperti pada mata, telinga, ataupun menempel pada kulit. Terutama jika memiliki riwayat alergi maka hal tersebut bisa mempermudah penularannya.

"Makanya terkadang, bila sudah terlalu lama kemarau, pemerintah akan melakukan langkah hujan buatan, itu fungsinya untuk memflashing udara dari polusi, karena kalau dibiarkan akan berdampak buruk bagi kesehatan," ungkap Astri.

Indeks polusi yang ada di wilayah Tangerang pun beberapa hari terakhir sudah masuk kategori mengkhawatirkan. Hal ini dikarenakan konsentrasi PM2.5 mengandung polutan sebesae 57,7 µg/m³ (mikrogram per meter kubik). Bila terjadi terlalu lama, hal ini berdampak sangat buruk bagi kesehatan. Pada reaksi cepat, polusi partikel bisa mengakibatkan mata berair, perih, hingga merah. Pada saluran pernapasan, akan mengakibatkan batuk-batuk, sulit bernapas, dan gangguan lainnya.

"Pada reaksi lambat, setelah terpapar bertahun-rahun, polutan terdeposit lama, karena ukuran kecil bisa masuk ke saluran pernapasan, paru-paru, hingga peredaran darah. Begini, di paru saja, benda asing bisa memicu peunomia, lalu, peradangan terlalu lama bisa menyebabkan penyakit paru obstruktif kronis atau PPOK,"kata Astri.

Untuk menghindari dampak yang terjadi akibat polusi udara ini, Astri mengatakan cara terbaik adalah dengan menghindari polusi itu sendiri. Hanya saja, saat ini hampir tidak mungkin untuk menghindari polusi jika berada di luar rumah. Jika masih berada di dalam rumah, maka bisa memperbaiki kualitas udara dengan menggunakan alat penyaring udara. Namun, jika berada di luar rumah sangat disarankan untuk memperhatikan kembali protokol kesehatan. Salah satunya selalu menggunakan masker dan rajin mencuci tangan.

"Cara paling mudah itu pakai masker. Kalau di dalam ruangan mungkin masih bisa pakai penyaring debu seperti air purifier. Tapi yang paling penting kita terapkan lagi protokol kesehatan, rajin cuci tangan, pakai masker," tegasnya.

Kemudian cara lain untuk menghindari dampak dari polusi udara adalah dengan menjaga imunitas tubuh. Sebab, terpapar polusi memerlukan antioksida untuk menang melawan segala bentuk bakteri, virus ataupun kuman yang membawanya ke dalam tubuh.

"Istirahat cukup. Lalu, karena berhubungan dengan polisi ada timbul oksidasi, stres, maka makanan yang harus dikonsumsi adalah harus tinggi antioksidan, seperti sayur, buah, tambahan suplemen juga enggak masalah," katanya.