Rupiah Ditutup Menguat 6,5 Poin terhadap Dolar AS
EkonomiNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Ilustrasi rupiah. (Tvrijakartanews/ John Abimanyu)

Jakarta, tvrijakartanews - Nilai tukar rupiah menguat 6,5 poin atau 0,04 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan. Penguatan mata uang garuda disebabkan sentiment berasal dari eksternal maupun internal.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 6,5 poin atau 0,04 persen di level Rp16.251 per dolar AS. Sedangkan data Yahoo Finace rupiah menguat 4 poin atau 0,02 persen di level Rp16.245 per dolar AS.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu besok akan mengalami pelemahan.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.270 per USD hingga Rp16.330 per USD," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (9/7/2024).

Ia pun membeberkan penyebab menguatnya nilai tukar rupiah saat melawan dolar AS hari ini, diantaranya sentimen yang berasal dari eksternal maupun internal.

Dari sisi luar negeri, Ibrahim menjelaskan data yang lemah di pasar tenaga kerja membuat para pedagang bertaruh Powell akan memberikan pernyataan dovish selama dua hari kesaksiannya di hadapan Kongres, yang akan dimulai pada Selasa.

"Meskipun Powell baru-baru ini mencatat kemajuan menuju disinflasi, ia juga mengatakan The Fed masih memerlukan kepercayaan lebih untuk mulai menurunkan suku bunga," ujarnya.

Selain Powell, lebih banyak pejabat Fed juga akan memberikan pidatonya minggu ini. Data utama inflasi indeks harga konsumen juga tersedia, dan kemungkinan besar akan menjadi faktor dalam prospek suku bunga The Fed.

Para pedagang saat ini menetapkan peluang sekitar 76 persen untuk penurunan suku bunga pada pertemuan The Fed September, naik dari 64 persen pada minggu lalu, menurut FedWatch Tool dari CME Group.

Sementara itu, sentimen terhadap Tiongkok tetap tegang setelah Uni Eropa memberlakukan tarif tinggi terhadap impor kendaraan listrik Tiongkok. Pasar mengamati adanya pembalasan dari Beijing, terutama ketika para pejabat mengisyaratkan kemungkinan perang dagang mengenai tarif.

Saham-saham Tiongkok sebagian besar tertinggal dari rekan-rekan mereka sepanjang Juni karena optimisme terhadap pemulihan ekonomi di negara tersebut semakin tipis di tengah pembacaan perekonomian yang tidak terlalu signifikan.

"Fokus minggu ini adalah pada pembacaan perdagangan dan inflasi dari Tiongkok untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk mengenai negara tersebut," imbuhnya.